Terbayar di Jogjakarta
Pict: JejakPiknik.com |
Dalam tulisan kali ini hanya berupa ungkapan wujud syukur dan makna akan sebuah mimpi besar yang dimiliki terutama oleh seorang yang mungkin bisa dibilang sebagai anak desa.
Kisah hidup yang diberikan Tuhan memang sulit ditebak dan terkadang tidak bisa dimengerti oleh sebuah nalar manusia. Bagaimana tidak, saat ini aku sudah berada di sebuah kota yang jauh dari orangtua. Dahulu berkuliah di Jogjakarta adalah sebuah angan saja, sebab julukan sebagai kota pendidikan memang menggoda para pelajar untuk bisa menggali pengetahuan di kota tersebut.
Termasuk diriku ini, yang mencoba untuk memberanikan diri bermimpi melanjutkan pendidikan di daerah yang dahulu dikenal sebagai pusat kerajaan Mataram. Mungkin tulisan ini juga dianggap sebagai suatu hal yang berlebihan, karena aku pun tinggal di Lampung yang notabene banyak bahkan sering terjadi mobilitas antar dua provinsi tersebut. Tapi, hal tersebut bukan alasan untuk bisa membanggakan hal yang menurutku merupakan hal yang baru di dalam keluarga (Maklum, dikeluarga banyak yang tidak melanjutkan kuliah dan hanya bertumpu dalam kegiatan disekitar tempat tinggal).
Ya, kembali lagi meng-anggung-kan Jogja. Dari dulu diri ini selalu membayangkan untuk bisa pergi dan berperang melawan kebodohan disana. Meski hanya mengenal Jogja dari media dan buku pelajaran namun keramahan masyarakat, keragaman budaya, beragam sejarah, serta kedigdayaan Kerajaan Mataram Islam seolah nampak didepan mata.
Satu hal yang membuatku tercengang dan tidak bisa memahaminya. Mengapa suasana dan keanekaragaman di Jogja selalu menjadikan semua manusia yang pernah mengunjunginya seakan ingat dan selalu terbayang akan keindahan kota tersebut? Ah entahlah, akupun tidak bisa menjawab.
Sekiranya aku harus kembali mengucap syukur kepada-Nya, aku memang masih sekitar 1/2 tahun berada di dalam bingkai Jogjakarta. Namun dengan segala kondisi yang terjadi di sini, aku semakin paham akan makna kehidupan di tanah perantauan. Sebab merindu bukanlah hal yang tabu. Asyiknya para kawan baru yang mau mendengarkan segala cerita dariku serta tingginya peduli dan senang berbagi sapa membuatku semakin merasa tak jauh dari mereka (dibaca: Orangtua). Keluarga baru di sini seakan menjadi penyemangat dalam berkelana di tanah ramayana.
Terimakasih, Ya Rabb. Jogja memang tempat yang indah dan menyenangkan selain kampung halaman.
Terimakasih Jogja. Semua tentang kehidupan terbayar di kota ini.
No comments: