Makna Tersirat


Siapa yang pernah memperkirakan betapa dahsyatnya virus Corona? Dengan dampak yang terjadi selama berbulan-bulan, beribu korban, dan beragam lainnya musabab dari virus kecil ini. Keberadaan wabah sejenis ini mungkin telah diprediksi oleh Bill Gates, para ilmuwan bahkan buku novel fiksi seperti yang beredar di media maya. 

Namun, terlepas dari bagian tersebut bagi saya virus kecil ini menyimpan banyak pelajaran, tentang kepeduliaan, berbagi, dan saling menjaga satu dengan lainnya. Dalam menjalani hidup kita memang sering lalai. Terbuai akan kehidupan yang menggembiraan sampai lupa keadaan sekitar. Mungkin ketika dulu, sebelum kita bisa beristirahat dan berkumpul bersama keluarga di rumah, kita lupa akan mereka. Kita terlalu sibuk atau selalu menyibukkan diri dengan aktivitas kuliah, ataupun kerjaan.

Mungkin dulu juga kita lupa akan berbagi. Berbagi kebahagiaan, canda, dan harta yang kita miliki. Semua yang kita punya dalam keadaan krisis seakan tidak memiliki arti. Kefanaan memang sifat dari dunia yang kita tempati ini. Senang rasanya melihat semua saling bantu dan peduli. Para dermawan yang berbagi untuk para pejuang kesehatan. Para mahasiswa yang bergerak membangun kesadaran kesehatan bagi para pekerja di jalanan. Masyarakat di desa-desa yang bersatu menjaga wilayah mereka. Semua terjadi mengalir, terbangun dari sebuah rasa untuk saling menjaga, sifat kemanusiaan terpancar dari jiwa-jiwa para manusia mulia. 

Tapi, politik tetap terasa sangat memuakkan. Dunia sedang krisis. Dalam negeri kita ada juga yang terpecah belah hanya gara-gara kekuasaan. Dua kekuatan saling jegal, tidak memikirkan banyak nyawa yang tidak terselamatkan akibat ketamakan dan keserakahan mereka dalam membela masing-masing golongan. Nalar kemanusiaan seakan tumpul. Janji mereka dengan berbagai slogan bersama rakyat, peduli rakyat dan apalah itu hanya jargon 5 tahunan yang tidak ada makna. Rakyat menjadi korban akibat ketidaksiapan dan keterlambatan.

Memang virus ini juga sangat terasa memilukan bagi banyak keluarga. Tidak semua dari mereka mampu menikmati kumpul bersama seperti kebanyakan lainnya. Ada yang menangis pilu kehilangan. Entah itu kehilangan keluarga mereka akibat menjadi korban, atau bahkan menangis karena kehilangan pendapatan yang mengakibatkan keluarga mereka tidak bisa makan. Ini salah satu dampak negatif dari wabah ini. Menyadarkan kita akan pentingnya kesehatan serta kepeduliaan menolong mereka. Bukan malah menolak serta mengucapkan sumpah serapah kepada para korban karena dianggap membawa petaka. 

Sejatinya kita memang harus menolong dalam setiap keadaan ketika kita mampu. Senyum dan kebahagiaan orang lain tentu menjadi sebuah rasa yang tidak ada tandingannya. Membahagiakan sesama merupakan perilaku mulia dan pasti sudah ada dalam setiap jiwa manusia. 

Aspek lain dari pandemik ini, ketika masyarakat kota dapat melihat keindahan kotanya tanpa suara bising kendaraan maupun mesin pabrik. Mereka bahagia ketika menatap langit mereka yang biasa kotor menjadi putih bersih bahkan udara pun sangat segar untuk mereka hirup. Belum lagi gunung yang biasa tertutup oleh polusi bisa nampak jelas terlihat oleh kedua bola mata. Beragam hal yang terjadi ini menyimpan banyak makna tersirat bagi setiap orang yang mau berpikir terhadap sebuah fenomena.  

Semua yang terjadi memang atas dasar kehendak Allah SWT. Dia-lah Zat pengatur segala hal di muka bumi. Semoga segala pelajaran yang kita dapatkan bisa semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Termasuk menyadari bahwa kita hanya manusia lemah yang tidak berdaya tanpa kasih sayang-Nya.


No comments:

Powered by Blogger.