Alasan Hidup
Jika tahun lalu hidup terasa banyak bahagianya, meskipun jatuh bangunnya banyak juga. Tapi tahun ini, ternyata jatuh bangunnya lebih banyak. Tentunya pas dengan porsi kebahagiaan juga (semoga).
Kita tidak bisa menerka jalan hidup akan serumit apa. Namun, respon kita akan hal tersebut bisa kita kontrol. Tahun ini, pengalaman membawa kepada hal itu.
Perihal kehilangan. Terutama kehilangan datuk menjadi duka yang begitu mendalam. Berada di luar rumah, bahkan tidak sempat berpamitan ketika ajal menjemputnya. Menjadi sebuah luka. Sepanjang perjalanan pulang, menghela nafas sembari memanjatkan doa yang tak pernah usai untuknya.
Belajar merelakan. Bahwa orang tersayang sudah pulang kembali kepada-Nya. Belum selesai kesedihan itu, datang sebuah persoalan keluarga kecil. Pulang untuk mengurus dan menjadi juru damai. Namun ternyata, usaha itu belum kunjung menemukan jalan keluar. Masih menggantung dan membawa kembali kepada sebuah hal yang mengecewakan.
Tapi, bagaimana pun semua harus dihadapi dengan senyuman. Belajar menerima dan menjadi tegar. Belum lagi peristiwa terbesar yang berada di penghujung bulan sepuluh. Begitu berat, entah harus mendekap siapa lagi untuk bertahan.
Dua adik yang ada. Ibu dan bapak. Dan semua orang yang membawa ke tahap ini. Menjadi alasan bahwa semua memang merupakan sebuah pembelajaran.
Belajar hari demi hari. Tentang keikhlasan, kesabaran, kerja keras, dan lainnya. Semua pasti ada hikmahnya. Semua yang membawa kepada kesedihan dan kepedihan ada masanya.
Semua pasti berlalu. Banyak alasan tuk tetap hidup. Tentang keluarga, karir, hobi, makanan favorit, atau jika ada manusia favorit juga. Senang sementara, sedih juga sementara. Bertahan adalah pilihan tepat. Dunia tidak berputar untukmu saja dan semua orang pernah sakit hati (dan mungkin ingin mati juga?).
No comments: