Menunggu Itu
Dunia puisi memang tidak begitu dekat denganku. Tapi, puisi jadi temanku dalam berbagai waktu, menambah energi dalam kehidupan yang semakin tidak masuk akal.
Termasuk karya beliau, Taufiq Ismail. Selain kisah mahasiswa KKN di Waimital, ternyata puisi dahulu yang pernah jadi favorit (mungkin zaman SMA??), kini teringat kembali. Dejavu. Begini puisinya:
Judul: *Menunggu Itu*
Menunggu itu sepi
Menunggu itu puisi
Menunggu itu ngeri
Menunggu itu begini:
Sebuah stasiun kereta-api
Di negeri sunyi
Malam yang berdiri di sini.
Ada wajahmu dan wajahku
Benarkah jadi begini?
Rambutnya hitam sepi itu
Rambutnya putih sepi itu
Sunyi ialah sebuah bangku kamar tunggu
Dan jam tua, berdetik di atas itu
Sunyi itu tak pernah tidur
Sunyi itu tamu yang bisu
Menawarkan rokok padamu
Sunyi itu mengembara kemana
Sunyi kota gemuruh
Sunyi padang penembakan
Sunyi tulang-belulang
Sebuah dunia yang ngeri
Menyuruh orang menanti
Ada karcis, ada kopor yang tua
Perjalanan seperti tak habisnya
Menunggu itu sepi
Menunggu itu ngeri
Menunggu itu teka-teki
Menunggu firdausi
No comments: