Perspektif Mata


Berawal dari kehidupan kuliah, saya belajar banyak tentang sebuah kehidupan yang ada di dunia ini. Banyak cerita dan hal yang membuat saya semakin sadar mengenai posisi diri dalam kehidupan, terutama terhadap hubungan kepada sesama manusia, kepada lingkungan, dan tentunya kepada Allah Sang Pencipta Semesta. 

Namun, ada hal yang cukup membuat saya heran dalam beberapa waktu terakhir. Terutama dari mereka yang kenal dengan saya sudah cukup lama dan tentunya lumayan dekat dengan saya. Dalam pertemuan dengan beberapa teman, yang sudah lama tidak dijumpai, mereka selalu menyorot tentang penampilan saya dan tentu selalu berkomentar kepada arah negatif. Memang dalam penampilan berpakaian, tentunya banyak pertimbangan seseorang untuk memilih style dan merubah sesuatu hal. Namun, yang menjadi masalah mengapa mereka selalu berkomentar negatif terhadap penampilan yang mungkin dahulu terlihat rapi namun saat ini terlihat sedikit urakan?

Padahal dalam berpenampilan, saya selalu menerapkan batas terutama mengenai pedoman syariat ketika di hadapan khalayak umum. Tapi, ya namanya juga kehidupan selalu saja ada yang menjadi pembicaraan. Bukan maksud menyalahkan atau membela diri, akan tetapi kehidupan saat ini terlalu banyak menyorot tentang apa yang tampak di mata dan tentu tanpa melihat sesuatu hal yang ada di balik atau sekitarnya. 

Jikalau meninjau lebih dalam, sebenarnya tidak ada perubahan penampilan dari saya. Hanya saja saya selalu mencoba untuk menyesuaikan penampilan sesuai konteks dalam kegiatan. Tapi mungkin dalam pertemuan dengan beberapa teman, mereka tidak bertemu dalam momen yang tepat. Oiya, ditambah lagi rambut yang coba saya gondrongkan, tentu menambah rasa terkejut mereka, hehehe. Teruntuk gondorng sih, maklumi saja kehidupan selama tingkat sekolah baik dasar maupun menengah sudah bosan dengan belenggu peraturan mencukur rambut sehingga tentu tidak ragu dan sangat berkeinginan mengubah gaya rambut ketika kuliah.  

Namun, saya pun tidak menyela mereka yang berpenampilan apapun. Baik yang bergaya sesuai agama ataupun yang mengikuti trend. Semua berhak untuk berpenampilan yang sesuai keinginannya dan diutamakan tidak melanggar norma dan budaya timur yang melekat dengan Indonesia. Lebih baik daripada sibuk menghujani seseorang karena penampilan maka lebih baik kita menginstropeksi diri sendiri dan tentunya memperbaiki diri, sehingga dalam memandang seseorang kita tidak mudah mengingat seseorang dengan hal yang buruk. 

Teringat kalimat dari sosok Wicak dalam film Negeri Van Oranje yang saya tonton beberapa tahun lalu, kurang lebih begini, ’Gue nggak bakal pernah lupa terhadap satu kebaikan yang orang lakuin ke gue.   Gitu cara gue ngafal orang dan menghargai mereka’’. Nah coba kita terhadap seseorang begitu, jangan hanya penampilan kita mengesampingkan aspek kebaikan yang tentu setiap orang pernah lakukan kepada kita.

Akhirukalam, tulisan ini mungkin hanya gambaran mengenai kita sebagai manusia, tentunya jangan hanya memandang seseorang dari penampilannya saja. Serta jangan hanya karena penampilan, kita memberikan stigma atau label buruk kepada seseorang dan ingat bahwa setiap orang pasti pernah berbuat baik, maka ketika bertemu dengan seseorang untuk pertama kali maupun kesekian jangan pernah su'uzon. Karena bisa jadi, manusia yang kita prasangka dan vonis buruk justru memiliki banyak kebaikan yang lebih banyak daripada kita serta lebih dekat posisinya dihadapan Allah Swt.

No comments:

Powered by Blogger.